Fenomena ini menarik perhatian banyak orang, terutama karena tempat yang tadinya dikenal sebagai pasar grosir kini juga menjadi tujuan belanja retail. Pengalaman belanja yang unik, harga yang ramah dompet, serta keberagaman pilihan membuat pasar ini terasa punya karakter tersendiri. Bagi saya, kunjungan pertama ke pasar ini jadi pembuktian bahwa tren fashion tidak selalu harus dicari di gedung-gedung besar, karena justru banyak inspirasi bisa ditemukan di ruang-ruang tradisional seperti ini.
Saat memasuki area pasar, suasananya langsung terasa berbeda. Kios-kios menampilkan berbagai model baju mulai dari kaos oversized, celana cargo, outer rajut, hingga hoodie ala Korean style yang sedang digandrungi anak muda. Penjual-penjualnya ramah, sebagian bahkan mempersilakan pengunjung mencoba pakaian terlebih dahulu. Suara tawar-menawar terdengar hampir di setiap titik, menambah ciri khas pasar tradisional yang jarang ditemui di pusat perbelanjaan modern.
Para pedagang mengaku bahwa banyak pengunjung sekarang datang bukan untuk kulakan, tetapi untuk membeli satuan. “Anak-anak muda banyak yang cari model-model terbaru. Kami selalu cari dan restock tiap minggu,” ujar seorang pedagang perempuan yang sudah berjualan lebih dari 6 tahun. Ia mengaku mengikuti tren lewat sosial media agar koleksinya tidak ketinggalan zaman.
Hal lain yang membuat pasar ini digemari adalah harga yang sangat bersaing. Untuk kaos bergaya streetwear, harga rata-rata mulai dari Rp30.000-Rp80.000. Sementara outer atau hoodie bisa ditemukan di kisaran Rp50.000-Rp90.000. Banyak pengunjung yang mengaku bisa membawa pulang satu tas penuh tanpa mengeluarkan biaya lebih dari seratus ribu rupiah. Walau harganya miring, kualitas pakaian di Pasar Tegalgubug cukup layak. Beberapa penjual bahkan menyediakan baju dari sisa produksi pabrik yang mutunya masih bagus. Anak muda sering menjadikan pasar ini tempat mencari outfit harian, konten foto, hingga kebutuhan OOTD untuk acara tertentu.
Siapa sangka, pasar tradisional ternyata cukup cepat mengikuti pola fashion yang sedang naik daun. Banyak kios menawarkan model-model yang sama seperti yang viral di TikTok atau Instagram. Bahkan, beberapa penjual mengaku pelanggan sering datang membawa screenshot baju yang mereka inginkan.
“Biasanya kalau ada tren baru, cepat banget kesebarnya. Kadang pembeli datang sambil nunjukin gambar, terus kami coba cariin di gudang,” ujar seorang pedagang pria di salah satu blok pasar. Hal ini menunjukkan bahwa arus tren fashion tidak hanya mengalir dari brand besar atau mall, tetapi juga dari ruang-ruang ekonomi lokal seperti di Pasar Tegalgubug. Para pembeli bisa menawar, bertanya langsung pada pedagang, dan kadang diberi rekomendasi model yang sesuai dengan bentuk tubuh atau gaya yang diinginkan. Tidak jarang pula pengunjung menemukan harta karun pakaian langka atau model unik yang tidak ada di mall.
Pengalaman visual pun jadi bagian dari daya tariknya. Tumpukan pakaian, hanger-hanger penuh, serta aroma khas pasar membuat lebih terasa susananya. Banyak anak muda yang datang bukan hanya untuk belanja, tetapi juga untuk sekadar jalan-jalan sambil melihat berbagai pilihan fashion yang tersedia. Selain menawarkan fashion kekinian, Pasar Tegalgubug juga mencerminkan dinamika ekonomi masyarakat Cirebon dan daerah sekitarnya. Para pedagang sebagian besar merupakan warga lokal yang telah berjualan turun-temurun. Kehadiran pasar ini bukan hanya menjadi pusat transaksi ekonomi, tetapi juga sebagai ruang sosial yang mempertemukan banyak orang dengan latar berbeda.
Beberapa pengunjung dari luar kota bahkan sengaja datang untuk merasakan suasana lokal yang tidak mereka temukan di pusat perbelanjaan modern. Ada semacam sensasi berburu yang membuat siapa pun merasa seperti penjelajah tren fashion.
Dari pengamatan selama berkeliling, terlihat jelas bahwa pasar ini bukan lagi sekadar tempat kulakan. Banyak Gen Z yang datang bersama teman-temannya. Ada yang sambil membuat konten vlog, ada yang sibuk memilih warna baju, ada juga yang melakukan mix and match langsung di depan kios. Mereka tidak malu belanja di pasar tradisional, bahkan justru bangga karena bisa tampil stylish tanpa mengeluarkan banyak uang.
Tren thrifty lifestyle dan kesadaran untuk berbelanja lebih hemat mungkin turut mendorong popularitas pasar ini. Shopping bukan lagi soal gengsi, tapi tentang menemukan outfit yang cocok dengan kepribadian, nyaman dipakai, dan tidak memberatkan dompet.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Bukan Mall, Tapi Pasar Sandang Tegalgubug Jadi Tempat Favorit Cari Outfit Kekinian”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/diqie/691d359734777c6077304cd2/bukan-mall-tapi-pasar-sandang-tegalgubug-jadi-tempat-favorit-cari-outfit-kekinian
Kreator: Diki Dermawan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com
